Persaingan Militer Merambah Luar Angkasa |
Persaingan militer antara Amerika Serikat (AS), China, dan Rusia tidak hanya terjadi di muka bumi, tapi juga di angkasa luar.
Tiga negara tersebut bersaing membentuk dan memperkuat Tentara Angkatan Antariksa (AA).
Teranyar AS akan menggelontorkan dana hingga USD8 miliar untuk mendominasi bagian atas bumi itu.
Rencananya proyek tersebut dimulai pada 2020.
Kendati demikian, kebijakan yang digagas Presiden AS Donald Trump sejak Juni itu masih membutuhkan persetujuan Kongres karena pembentukan Tentara AA akan menjadi bagian dari cabang keenam militer.
Pendirian Tentara AA negeri Paman Sam dipastikan akan memacu persaingan.
Beberapa anggota Kongres dan pejabat militer sudah memperingatkan, ruang angkasa tidak lama lagi menjadi tempat damai.
Jika terjadi konflik, wilayah hampa udara itu akan menjadi salah satu pusat pertempuran karena negara besar bergantung pada satelit dalam mengantisipasi misil, berkomunikasi, dan mengelola data.
Namun, mau tidak mau, AS memang harus melangkah ke sana sebab seterunya, Rusia dan China, mengalami kemajuan yang lebih pesat dibanding AS terkait aset Tentara AA.
Rusia bahkan sudah melangkah jauh.
Negara beruang merah tersebut merupakan satu-satunya negara yang sudah mendirikan Tentara AA bernama Kosmicheskie Voyska Rossii (KVR).
KVR merupakan hasil merger antara Tentara Angkatan Udara dan Pasukan Pertahanan Antariksa Rusia.
KVR didirikan pada 10 Agustus 1992 dan beroperasi di Plesetsk dan Svobodny Cosmodromes.
Adapun China pada 2007 berhasil meledakkan satelit cuaca yang sudah rusak hingga berkeping-keping dengan misil ruang angkasa.
Uji coba serupa juga dilakukan terhadap satelit diorbit jauh.
AS menyebut aksi itu sebagai tindakan provokatif.
Untuk diketahui, China telah menggalakkan program ruang angkasa sejak beberapa tahun terakhir.
Mereka membantah mencuri teknologi dalam skala besar dari AS.
Persaingan penguasaan atau penaklukan ruang angkasa sudah terjadi sejak 1960-an.
AS dan Rusia pernah bersaing menuju bulan untuk menunjukkan keadidayaan mereka.
“Jangan sampai melakukan kesalahan. Kami sedang berperang dengan China,” kata CEO dan Chairman Nano-Mech, Jim Phillips.
“Ini bukan perang bom, tapi cyberwarfare, produk domestik bruto (PDB), dan ekonomi.
Negara yang memiliki PDB paling besar dan pengangguran paling rendah akan keluar sebagai pemenang,” tambahnya.
Kepala Program Eksplorasi Bulan China Ye Peijian mengibaratkan angkasa luar sebagai samudera.
“Bulan adalah Pulau Diaoyu dan Mars (adalah) Huangyan.
Jika tidak ke sana sekarang, kami akan disalahkan anak cucu.
Jika orang lain menguasainya, kami tidak akan bisa ke sana walaupun mampu,” katanya, dilansir .
Tentara Independen Trump menginginkan Tentara AA yang independen dan memiliki seragam serta logo sendiri.
Gedung Putih mewujudkan keinginannya itu dengan meminta Parlemen merancang aturan baru pada awal tahun depan.
Militer AS tidak pernah membentuk departemen baru sejak pembentukan Tentara AU pada1947.
Beberapa anggota Kongres pernah mengadvokasi pembentukan Korps Antariksa di tubuh Tentara AU pada tahun lalu, mirip Korps Marinir di tubuh Tentara Angkatan Laut (AL).
Namun, Trump menginginkan departemen baru.
Para ahli mengatakan pembentukan depar temen baru sama saja akan memerlukan birokrasi baru.
Wakil Presiden AS Mike Pence mengaku sadar pembentukan Tentara AA tidak akan semudah membalikkan telapak tangan.
Dia mengatakan Pentagon memerlukan asisten menhan untuk antariksa, jabatan tinggi yang bertanggung jawab memberikan laporan terkait perkembangan dan ekspansi layanan Tentara AA terhadap menhan.
Jenderal Tentara AU Paul Selva yang juga wakil kepala staf gabungan mengatakan, Pentagon sangat antusias untuk mendirikan Komando Antariksa guna mempercepat rencana militerisasi ruang angkasa.
Namun, ketika ditanya terkait pembentukan departemen baru, dia mengatakan semua itu bergantung Kongres.
Adapun Menteri Pertahaan (Menhan) AS Jim Mattis mengatakan, Pentagondan Gedung Putih memiliki kesamaan pandangan terkait pentingnya Tentara AA setelah sebelumnya menentang pembentukan departemen baru.
Wamenhan Patrick Shanahan mengatakan, Mattis sempat menentang karena anggarannya kosong.
Sebelumnya Tentara Angkatan Udara (AU) AS juga memprotes ambisi itu karena akan mengurangi kekuatan mereka.
Para pejabat Gedung Putih telah berkoordinasi dengan petinggi keamanan nasional untuk mematangkan pembentukan Tentara AA.
Mereka sepakat mendirikan Komando Antariksa di bawah jenderal bintang empat pada akhir tahun ini dengan diperkuat ahli ruang angkasa dari seluruh cabang militer, satelit, dan teknologi terbaru dan canggih.
Sekretaris Eksekutif Dewan Antariksa Nasional Scott Pace mengatakan, reorganisasi Tentara AA harus menggunakan anggaran secukupnya.
Bagai manapun pada titik permulaan, biaya yang harus dikeluarkan untuk meningkatkan kemampuan dan alat perang sangat tinggi.
Pada 2017 anggaran militer AS mencapai USD590 miliar.
Anggota House Armed Services Committee Mike D Rogers dan Jim Cooper menyambut baik pembentukan Tentara AA yang diharapkan dapat mem perkuat AS.
“Kami telah memperingatkan semua pihak selama bertahun-tahun perlunya melindungi aset ruang angkasa dan mengembangkan kapabilitas sistemnya,” katanya.
“Kami tidak memilih untuk mempersenjatai ruang angkasa, tapi jika kami ditantang, kami akan memberikan respons.
Musuh sudah memiliki kemampuan ini.
Departemen Pertahanan saat ini bekerja untuk mempertahankan kemampuan yang sudah ada,” kata Michael Griffin, mantan anggota NASA, dilansir.(don)
Sumber : https://international.sindonews.com
No comments:
Post a Comment