F-22 Raptor |
Walaupun kekuatan ISIS melemah di Suriah, namun Rusia tak mau membiarkan sisa-sisa kekuatan ISIS berkonsolidasi dan memulai lagi kampanye terornya.
Untuk itulah, sorti pesawat serang Su-25 Frogfoot diterbangkan untuk melakukan operasi serangan darat.
Namun begitu, misi penerbangan dan serang darat tersebut ternyata tidak berjalan lancar justru karena gangguan dari Amerika Serikat.
Sejumlah media Rusia seperti Sputnik dan RT (10/12) melaporkan bahwa pesawat siluman F-22 Raptor milik AU AS mengganggu sorti dua Su-25 yang terbang di wilayah sisi Barat sungai Eufrat untuk melancarkan serangan darat dengan bom dan roket.
F-22 tersebut terbang cukup dekat sehingga Su-25 tidak bisa melancarkan serangan ke pinggiran kota Mayadin pada tanggal 23 November.
F-22 tersebut terbang dengan sangat agresif, melepaskan suar (flare) untuk membutakan mata pilot Su-25 dan mengerem mendadak di depan posisi Su-25 tersebut dengan membuka rem udaranya sehingga Su-25 kocar-kacir berbelok dan terpaksa keluar dari formasinya.
Su-25, yang tidak memiliki kelincahan untuk menghadapi F-22, akhirnya lapor ke markas.
Su-35 AU Rusia yang merupakan bagian dari detasemen Rusia di Suriah dan memang disiapkan untuk scramble atau lepas landas seketika pun diperintahkan untuk terbang dan heading ke formasi Su-25 yang diganggu tersebut.
Juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia Mayjend Igor Konashenkov melaporkan bahwa kemunculan Su-35 tersebut akhirnya memaksa F-22 kabur dan balik arah memasuki wilayah udara Irak.
Pihak Amerika Serikat tidak mengomentari kejadian versi Pemerintah Rusia tersebut, dan memang terdapat sejumlah kejanggalan dari apa yang diungkapkan oleh Kementerian Pertahanan Rusia, seperti kenapa hanya ada satu F-22 yang terbang, mengingat setidaknya seharusnya ada dua atau tiga F-22 yang terbang dalam flight, mengingat pesawat tempur dalam misi patroli sekalipun tidak pernah terbang sendirian.
Secara umum Amerika Serikat memang menyalahkan pihak Rusia, dimana juru bicara Komando Wilayah Tengah AU AS Letkol Damien Pickart menyatakan bahwa pesawat-pesawat Rusia terbang secara agresif dan tidak aman, dan kecenderungannya meningkat antara enam sampai delapan insiden setiap harinya pada akhir November, terutama pesawat Rusia yang melanggar wilayah udara di sisi Timur Eufrat yang masuk wilayah Irak di bawah pengawasan AS. (Aryo Nugroho)
Sumber : https://c.uctalks.ucweb.com
No comments:
Post a Comment