Marado (LPH-6112) |
Badan Pengadaan Pertahanan Korea Selatan (DAPA), Angkatan Laut Republik Korea (AL Korea Selatan) dan galangan kapal lokal Hanjin Heavy Industries and Construction (HHIC) di Busan merayakan peluncuran kapal serbu amfibi Landing Platform Helicopter (LPH) Marado (LPH-6112) pada Senin (14/05) lalu.
Nama Marado diambil dari nama pulau paling selatan di Korea Selatan.
Ketika diserahkan nanti pada tahun 2020, Marado akan menjadi kapal serbu amfibi kedua dalam armada Angkatan Laut Korea Selatan.
Upacara peluncuran berlangsung di Yeongdo, Busan, dihadapan Menteri Pertahanan Korea Selatan Song Young-moo, Panglima AL Korea Selatan Admiral Um Hyun-seong dan Komandan Korps Marinir Korea Selatan Lt. Gen. Jun Jin-goo.
Pada bulan Oktober 2010, parlemen Korea Selatan memutuskan pembangunan LPH kedua dan setelah serangkaian penangguhan, pada 23 Desember 2014, DAPA menandatangani kontrak dengan HHIC senilai 417,5 miliar won (sekitar 380 juta dolar AS) untuk pembangunan kapal ini.
HHIC menyelesaikan review desain teknis kapal tersebut pada Maret 2016 dan pemotongan baja pertama dilakukan pada bulan November 2016.
Peletakan lunas kapal Marado dilakukan pada 28 April 2017.
HHIC merancang dan membangun LPH 6111 Dokdo AL Korsel yang pertama, yang masuk kedinasan pada bulan Juli 2007.
Kapal kedua ini didasarkan pada kapal Dokdo tetapi memiliki beberapa perbaikan.
"Marado pada dasarnya mirip dengan Dokdo, tetapi dilengkapi dengan peralatan dan sistem yang ditingkatkan,
"kata seorang pejabat DAPA.
Menurut DAPA, Marado dilengkapi dengan radar navigasi baru, sensor infra merah dan radar pengawasan 3D fixed panel (sebagai pengganti radar Thales SMART-L 3D yang dipasang di Dokdo), semua dikembangkan di Korea Selatan.
AL Korea Selatan juga menyebutkan mengenai adanya sistem pertahanan rudal anti-kapal yang baru.
"Sistem senjata domestik seperti radar navigasi, sistem pertahanan anti-rudal, dan sistem tempur yang ditingkatkan akan dipasang di Korea, dan kemampuan deteksi anti-pesawat juga ditingkatkan dengan memasang radar pertahanan udara fixed.
Selain itu, peralatan dan fasilitas utama seperti sebagai propeler dan lift juga dibuat secara lokal, yang akan mengurangi biaya pemeliharaan.
" kata siaran pers AL Korea Selatan.
Perbedaan utama lainnya adalah flight deck Marado telah disesuaikan untuk mengakomodasi pesawat tilt rotor Bell Boeing V-22 Osprey. Beberapa gambar DAPA menunjukkan Osprey pada flight deck.
Berdasarkan gambar DAPA, Marado tampaknya juga dilengkapi dengan dua CIWS Phalanx, satu di haluan dan satu di buritan, berbeda dengan Dokdo yang menggunakan CIWS Goalkeeper.
Marado memiliki panjang 199 meter, lebar 31 meter dengan displacement 14.500 ton.
Kecepatan maksimumnya adalah 23 dan jangkauannya hingga 10.000 mil laut pada 18 knot.
Awak pelautnya sejumlah 300 pelaut.
Spesifikasi ini mirip dengan yang ada di Dokdo.
Kapasitas muat Marado, mirip dengan Dokdo, adalah: hingga 720 pasukan marinir bersenjata lengkap, 10 tank, 10 truk, 7 AAV, 3 sistem artileri.
Well-deck nya memiliki kapasitas untuk 2 kapal pendarat jenis LCU atau 2 Landing Craft Air Cushion (LCAC).
Semua jenis kendaraan (jeep, IFV, MBT, APC, Engineering) serta pasukan dapat dimuat ke kapal pendarat di dalam dek kapal dan dibawa ke pantai.
Kapasitas hanggar dibawah deck cukup untuk 15 helikopter termasuk beberapa V-22.
Flight deck mampu mengakomodasi secara bersamaan hingga 5 helikopter dari semua jenis yang sesuai standar NATO.
“Kapal Marado mencerminkan perkembangan teknologi militer Korea Selatan.
Dengan menggunakan teknologi Korea Selatan untuk sebagian besar peralatan kapal, kami juga dapat mengharapkan adanya pengurangan biaya pemeliharaan.”
kata pihak AL Korea Selatan dan DAPA dalam sebuah pernyataan. (Angga Saja - TSM)
Sumber : navyrecognition.com
No comments:
Post a Comment