Sistem Pertahanan Udara Pantsir-S1 |
Pada tanggal 9 Mei 2018, pasukan Quds, sayap pasukan khusus dari Garda Revolusi Iran, yang ditempatkan di Suriah,menembakan 20 roket ke pos IDF di Dataran Tinggi Golan.
IDF mencegat empat roket, untuk mencegah korban dan kerusakan.
Ini adalah pertama kalinya pasukan Iran menembak langsung pasukan Israel.
Sebagai tanggapan, pada malam hari tanggal 10 Mei, jet tempur IDF (terutama pesawat F-16I Sufa menurut sebagian besar sumber, meskipun rilis resmi situs web IAF tentang serangan itu juga menunjukkan file foto F-15I) menyerang beberapa target militer di Suriah milik pasukan Quds Iran.
Dilansir dari laman The Aviationist (10/ 05) oleh Lancer Defense,
“Serangan skala luas IDF termasuk situs intelijen Iran, Quds force logistics headquarters,sebuah kompleks militer Iran di Suriah, observasi, pos militer, dan lain-lain.
Terlepas dari peringatan yang diberikan Israel, pasukan pertahanan udara Suriah menembak ke arah pesawat IAF saat mereka melakukan serangan. Sebagai tanggapan, IAF menargetkan beberapa sistem intersepsi udara (SA5, SA2, SA22, SA17) milik Angkatan Bersenjata Suriah.
Semua jet tempur IDF kembali ke pangkalan mereka dengan selamat. ”
Di antara target yang dihancurkan oleh pesawat tempur Israel adalah Pantsir-S1 (SA-22 menurut sebutan NATO) seperti yang ditunjukkan dalam rekaman video.
Pantsir-S1 adalah sistem senjata/rudal gabungan canggih buatan Rusia yang dibangun mobile pada truk 8×8.
Sistem senjata / SAM yang dapat diangkut mencakup hingga 12 rudal permukaan-ke-udara yang disusun menjadi dua kelompok dengan masing-masing 6-tabung di turret, dan sepasang meriam 30mm.
SA-22 dihancurkan oleh apa?
Berdasarkan jenis pesawat yang dilaporkan terlibat dalam serangan udara, jangkauan rudal dan rekaman serupa yang tersedia secara online, tampaknya hancur oleh rudal Delilah (sebenarnya, ada seseorang yang mengatakan bahwa misil itu mungkin adalah Spike NLOS, tetapi penggunaan rudal standoff weapon tampaknya jauh lebih mungkin).
Delilah adalah rudal jelajah yang dikembangkan di Israel oleh Israel Military Industries (IMI), yang dibangun untuk menargetkan target yang bergerak dan dapat dilacak kembali dengan CEP 1 meter (3 ft 3 in) pada jarak maksimum 250 km.
Seperti yang dikatakan, Delilah adalah senjata standoff weapon: itu berarti pesawat dapat menggunakannya sambil tetap berada di jarak yang aman.
Sebagai catatan tambahan, menurut narasumber, ada tanker KC-707 yang mendukung F-16I.
Kemarin, diperkirakan ketika jet menyerang target di Suriah, KC-707 beroperasi di bagian selatan Israel.
Tidak dapat dipastikan mengenai tanker mendukung serangan itu (fakta bahwa pesawat Israel dapat dilacak secara online selama misi tempur itu terlihat sangat mengejutkan), namun masih layak disebutkan. (Angga Saja - TSM)
Sumber : lancerdefense.com
No comments:
Post a Comment