An-188 |
Akan terlahir lagi sebagai An-77 yang tetap bermesin propfan dan An-188 bermesin turbofan.
Pesawat angkut militer kelas medium berat ini semula digagas sebelum Uni Soviet bubar dan didapuk sebagai pengganti pesawat angkut An-12.
Saat itu Biro Desain Antonov (kini milik Ukraina) ditunjuk sebagai penggarap proyek pada Mei 1989.
Setelah runtuhnya Uni Soviet pada Desember 1991, Juni 1993 Pemerintah Rusia dan Ukraina sepakat melanjutkan pengembangan An-70 dengan 80 persen dana disediakan Rusia.
Satu setengah tahun kemudian pada 16 Desember 1994 An-70 menjalani terbang perdana.
Desember 1999, Pemerintah Rusia menyatakan akan mengakuisisi sebanyak 164 pesawat.
Disusul pernyataan Pemerintah Ukraina pada Oktober 2000 yang akan membeli 65 pesawat.
Malangnya, satu-satunya purwarupa yang telah mendekati final fase uji coba mengalami musibah pada 27 Januari 2001.
Pesawat melakukan pendaratan darurat dengan perutnya setelah kehilangan daya.
Dua mesinnya mati saat lepas landas selama pengujian cuaca dingin di Omsk.
Pesawat rusak parah dan kelak diperbaiki.
Setelah Revolusi Oranye (November 2004 - Januari 2005), secara terbuka Ukraina menyatakan siap masuk ke dalam keanggotaan NATO.
Pernyataan sikap ini membuat Pemerintah Rusia berang.
Ujungnya, pada April 2006, Panglima AU Rusia Jenderal Mikhaylov mengumumkan bahwa Rusia menarik diri dari proyek An-70.
Sempat terhenti karena iklim politik kedua negara bertetangga tersebut memanas, pada Agustus 2009 kedua negara kembali setuju melanjutkan pengembangan An-70.
Namun Rusia hanya akan membeli 60 pesawat saja.
Setelah serangkaian modifikasi ekstensif dan perbaikan dari purwarupa yang rusak, termasuk avionik yang direvisi, menyebabkan jumlah awak pesawat berkurang dari lima menjadi empat.
Purwarupa An-70 terbang lagi pada 27 September 2012 dengan program uji penuh berlangsung dari September 2012 hingga April 2014.
Karena berlarutnya proses pengembangan, akhirnya Rusia menarik diri dari proyek An-70 pada November 2012.
Selain itu ada desakan pejabat pemerintah Rusia yang berhubungan dekat dengan Biro Ilyushin untuk membeli Il-476, varian upgrade dari Il-76 asli buatan Rusia.
Nasib An-70 makin suram. Puncaknya saat terjadi krisis Semenanjung Krimea.
Pemerintah Ukraina pada April 2014 mengumumkan akan menghentikan semua kerja sama militer dengan Rusia termasuk di dalamnya proyek pengembangan An-70 yang resmi bubar.
Dalam pameran dirgantara Eurasia 2018 di Antalya, Turki (25-29 April), Antonov hadir membawa kejutan dengan membawa langsung pesawat angkut An-77 yang tak lain adalah An-70 yang telah bersalin nama.
Bukan sekadar mengganti nama, tapi juga menyiratkan bahwa versi produksi An-77 tak lagi menggunakan komponen buatan Rusia sama sekali, melainkan akan menggunakan perlengkapan dari negara Barat dan Ukraina.
Sebelum ditawarkan ke Turki, An-77 sebenarnya telah ditawarkan juga ke Uni Emirat Arab, Irak, Kuwait dan Arab Saudi saat berlangsungnya Dubai Airshow, November 2017 silam.
Bahkan An-77 juga pernah ditawarkan untuk dikembangkan lebih lanjut bersama dengan industri dirgantara asal Amerika Serikat yang disampaikan perwakilan Antonov pada delegasi dari U.S. Congress House Committee saat berkunjung ke Ukraina awal Juli 2017.
An-77 ditawarkan sebagai pesawat pengisi kekosongan kelas antara pesawat angkut Lockheed C-130J-30 Super Hercules dengan Boeing C-17 Globemaster III.
Pesawat ini memiliki daya muat maksimum 47 ton, berada di antara C-130J-30 yang berkapasitas 21 ton serta C-17 yang mencapai 77 ton.
Namun pengembangan lanjutan An-77 juga tak akan mudah karena Pemerintah Rusia akan memperkarakannya.
Seperti yang pernah diucapkan Sergey Kornev, pejabat senior Rusia eksportir senjata negara Rosoboronexport saat berlangsungnya Paris Airshow bahwa ada hak Rusia atas basis An-70.
Rusia telah menginvestasikan dana yang tak sedikit selama pengembangannya.
An-77 pun tak mungkin mempertahankan mesin propfan D-27, walaupun mesinnya digarap oleh pabrikan Ivchenko-Progress asal Ukraina, namun bilah baling-baling SV-27 dibuat oleh perusahaan Aerosila dari Rusia.
Meski demikian, Ukraina juga tak kehilangan akal. Untuk berjaga-jaga Antonov menawarkan An-188 kepada industri dirgantara Turki dan membuatnya secara bersama.
Pesawat angkut An-188 tak lain adalah pesawat An-70 bermesin turbofan.
Empat mesin propfan D-27 akan diganti mesin jet dengan tiga model yang bisa dipilih calon pengguna.
Pertama menggunakan mesin mesin turbofan D-436-148FM buatan Ivchenko-Progress yang disebut sebagai An-188-100.
Mesin turbofan kedua yang ditawarkan juga masih buatan Ivchenko-Progress yakni AI-28 yang disebut sebagi An-188-110.
Ketiga, mengadopsi mesin Barat yakni CFM56-7B yang dibuat oleh CFM International (usaha patungan Perancis dan Amerika Serikat) yang disebut sebagai An-188-120.
Selain mesin baru, An-188 juga akan mengganti seluruh penampang sayap utama dengan desain baru dan telah menerapkan winglet.
Pesawat dilengkapi avionik terkini kombinasi buatan Ukraina dan vendor dari Barat, salah satunya menerapkan tampilan glass cockpit modern.
Seperti halnya An-77, pesawat An-188 juga memiliki kemampuan terbang dan mendarat di landasan pendek (STOL) serta bisa dioperasikan dari atas landasan ala kadarnya seperti tanah keras dengan panjang antara 600-800 meter saja.
An-188 memiliki kemampuan untuk terbang hingga ketinggian 12.100 meter, melaju pada kisaran 800 km/jam tergantung pada jenis mesin yang dipilih dengan jangkauan operasi sekitar 7.700 km.
Kapasitas muatnya sedikit meningkat dibanding An-77, dari 47 ton menjadi 50 ton.
An-188 bisa dimuati 300 prajurit atau 130 pasukan payung bersenjata lengkap atau dalam peran kombinasi angkut/medivac dengan 110 tempat duduk untuk pasukan plus 96 tandu.
Dalam perutnya yang gendut bisa dimasukkan berbagai peralatan militer seperti tiga ranpur jenis IFV, sistem artileri, dua helikopter kombinasi satu Puma dan satu Lynx serta berbagai palet kargo baik berisi perlengkapan militer ataupun barang untuk peran kemanusian.
Di kelas pesawat angkut militer kelas medium berat, baik An-77 maupun An-188 akan bertarung langsung dengan Airbus A400M yang memiliki daya muat 37 ton, Kawaski C-2 dari Jepang yang berdaya muat 32 ton, serta Il-76MD dari Rusia dengan muatan hingga 48 ton. (Rangga Baswara)
Sumber : angkasareview.com
No comments:
Post a Comment