F-35 |
Program pesawat tempur gabungan masa depan F-35 lagi-lagi tersandung masalah, kali ini urusan suku cadang.
Kalau sebuah Angkatan Udara mengalami kelangkaan suku cadang karena umur pesawat sudah tua, atau kena embargo, mungkin hal ini masih bisa dipahami.
Namun kalau pesawat tempur sekelas F-35 yang masih didukung pabrikan kena masalah suku cadang, apa kata dunia?
Namun itulah kenyataannya.
Sepanjang bulan Januari sampai Agustus 2017, F-35 tercatat mengalami kegagalan terbang sebanyak 22%, atau boleh dikatakan kesiapannya hanya 78% belum menghitung penyebab lainnya, akibat kelangkaan suku cadang vital yang mendukung operasional.
Problem ini sudah disuarakan sejak lama, tetapi sempat disanggah oleh Dephan AS, sampai akhirnya memang terbukti benar.
Badan Pemeriksa Keuangan AS atau GAO (Government Accounting Office) mengungkapkan bahwa problem kelangkaan suku cadang begitu kronis sehingga mengatakan bahwa problem ini dapat berdampak pada kemampuan Departemen Pertahanan AS untuk mempertahankan kesiapan armada tempur di garis depan.
GAO juga mengidentifikasi bahwa perawatan di level depot untuk F-35 ternyata sama sekali tidak mampu untuk mengikuti jadwal kemampuan pesawatnya, dengan kesiapan enam tahun terlambat dari jadwal.
Akibatnya F-35 yang sudah seharusnya masuk jalur perawatan terkatung-katung perbaikannya dan biayanya membengkak, padahal sebagian F-35 hanya mengalami sedikit masalah yang seharusnya bisa langsung diselesaikan saat itu juga kalau suku cadangnya tersedia.
Sistem pendukung dan manajemen logistik untuk F-35 yang berbasis pada perangkat lunak bernama ALIS (Autonomous Logistics Information System) juga ternyata tidak menerima pendanaan yang cukup karena penghematan biaya.
Akibatnya, daftar komponen tidak terbarui dan ada celah antara ketersediaan actual dengan kebutuhan.
Padahal, ALIS seharusnya menghubungkan tidak hanya kebutuhan dari AU, AL, dan Korps Marinir AS, tetapi juga dari negara-negara pengguna dan pembeli F-35.
ALIS akan menghubungkan stok komponen yang dimiliki dan dipesan oleh skadron Teknik dan depot di seluruh dunia dengan kapasitas produksi dari Lockheed Martin, sehingga dalam teori akan menurunkan biaya karena Lockheed Martin bisa mengetahui kebutuhan total dari seluruh pengguna F-35.
Tapi implementasi ALIS sendiri terhadang oleh masalah biaya, dan juga keamanan dari sistemnya sendiri dari serangan siber. (Aryo Nugroho)
Sumber : https://c.uctalks.ucweb.com
No comments:
Post a Comment