Kapal Perusak Skorry TNI AL |
Kapal-kapal tersebut dinamai KRI Siliwangi, KRI Sisingamangaradja, KRI Sandjaja, KRI Sawoenggaling, KRI Sultan Iskandar Moeda, KRI Sarwadjala, KRI Brawidjaja, dan KRI Diponegoro.
Ketika Orde Baru naik menandai peralihan jaman di Republik Indonesia, TNI AL mengalami nasib yang sama seperti TNI AU untuk kapal-kapal perangnya.
Ketiadaan suku cadang melumpuhkan kekuatannya.
Kapal-kapal perusak kelas Siliwangi pun hendak dijual untuk discrap sebagai besi tua.
Mengetahui bahwa TNI AL akan membesituakan Skorry, US Naval Attache di Indonesia Kolonel Lyle V.
Tope pun melakukan sejumlah pendekatan ke para petinggi ABRI dan TNI AL pada saat itu.
Kebetulan, TNI AL juga ingin menembakkan sisa rudal P-15 Termit (kode NATO: SS-2 Styx), bawaan kapal cepat rudal Komar yang juga sudah nyaris habis masa pakainya.
TNI AL awalnya hendak menembakkan rudal P-15 tersebut ke target baja yang dipasang di pulau tak berpenghuni di perairan Jawa Timur.
Namun Amerika Serikat nampaknya punya ide yang lebih baik untuk memanfaatkan momen spesial tersebut.
Baca Juga:
Sejumlah Alutsitsa Terbaru TNI AD Dipersiapkan untuk HUT TNI ke-72
Melalui sejumlah lobi dan perjanjian rahasia, sang atase militer mengatakan agar satu unit Skorry dijual kepada perusahaan Amerika Serikat dan kemudian digunakan sebagai sasaran rudal P-15 Termit.AS memang berkepentingan untuk mengetahui kemampuan rudal permukaan ke permukaan yang pada saat itu teknologinya masih relatif baru dikembangkan.
Data perkenaan rudal, terutama titik di badan kapal yang disasar akan memungkinkan AL AS untuk mengembangkan teknologi penangkalan yang optimal atas ancaman rudal seperti P-15 Termit.
Gayung bersambut, tawaran rahasia Amerika Serikat tersebut diterima dengan tangan terbuka.
Amerika Serikat menyerahkan sejumlah alat instrumentasi seperti kamera, radio telemetri pemancar pengirim data, dan pengukur impak di beberapa titik di lambung kapal.
Pihak TNI AL bahkan setuju untuk merekam peluncuran tersebut dengan kamera canggih berwarna yang disediakan oleh AL AS, dan menyerahkannya ke pihak Amerika Serikat.
Tepat di hari yang telah direncanakan, Amerika Serikat menerbangkan sebuah pesawat mata-mata yang dilengkapi dengan penerima gelombang yang dipancarkan oleh radio telemetri tersebut.
Pesawat mata-mata AS tersebut terbang dari suatu wilayah di luar Indonesia dan terbang di sepanjang garis perbatasan, tanpa memasuki wilayah Indonesia.
Sesuai jadwal, P-15 Termit tersebut ditembakkan ke arah kapal perusak Skorry yang hanya bisa pasrah menunggu akhir nasibnya.
Rudal meluncur sesuai desainnya, menumbuk lambung dan menenggelamkan Skorry tersebut.
Data vital yang dipancarkan radio telemetri berhasil ditangkap pesawat mata-mata, dan instrument pengukur ledakan dilepas dan diambil kembali oleh penyelam TNI AL.
Sayang memang, dalam dokumen Amerika Serikat yang menjadi sumber tulisan penulis tidak disebutkan nama perusak Skorry yang mana yang ‘beruntung’ menyediakan data pengembangan sistem penangkalan rudal anti kapal buatan Amerika Serikat nantinya.
Dalam memorandum rahasia tersebut, Departemen Luar Negeri AS menekankan bahwa seluruh operasi rahasia tersebut diketahui oleh Kedutaan Besar AS di Indonesia, para petinggi ABRI, dan telah dikoordinasikan dengan Departemen Pertahanan dan CIA. (Aryo Nugroho)
Sumber : https://c.uctalks.ucweb.com/
No comments:
Post a Comment