Rusia di masa Perang Dingin adalah pembangun kapal-kapal perang kelas berat dengan tonase ribuan ton. Pasca runtuhnya Pakta Warsawa, Rusia justru berkonsentrasi membangun kapal-kapal perang bertonase kecil tetapi dengan sistem senjata yang menakutkan. Setelah merilis korvet kelas Buyan dan Buyan-M yang bertonase 500 dan 800 ton, kali ini Rusia kembali menggebrak dengan korvet Project 22800 atau yang dikenal juga dengan Karakurt.
Dari segi tonase, Karakurt ada di antara Buyan dan Buyan-M. Korvet ini dirancang oleh perusahaan Almaz dibangun oleh galangan kapal Pella di St. Petersburg, dengan total sebanyak 8 kapal yang dikontrak dan opsi untuk total 20 kapal. Karakurt memiliki panjang 65 meter dan lebar (beam) 10 meter. Desain lunasnya lebih stealthy dibandingkan Buyan, dan juga lebih ramping. Bobotnya adalah 800 ton, sedikit di bawah Buyan-M, dan sama dengan korvet Parchim yang dimiliki oleh TNI AL.
Yang membedakannya dengan korvet kelas Buyan, Karakurt memiliki superstruktur yang lebih panjang, termasuk untuk mengakomodasi sel peluncur vertikal 3S14 UKSK di belakang tiang radar utamanya dan di buritan. Sel peluncur sebanyak empat kotak ini bisa meluncurkan rudal jelajah Kalibr juga Onyx/ Yakhont sehingga walaupun dimensinya adalah korvet, tetapi daya gebuknya setara fregat.
Untuk menangani ancaman dari udara, Karakurt akan membawa sistem Pantsir-M 3M89 buatan Rostec, yaitu sistem pertahanan jarak dekat-menengah berbasis kanon dan rudal yang diadaptasi dari sistem Pantsir S1 yang digunakan di darat. Sistem senjata ini terdiri dari dua kanon multi laras 30mm dengan enam laras per kanon, plus dua klaster rudal berisi empat rudal Hermes-K per unit.
Rudal Hermes-K sendiri memiliki jarak jangkau sampai 20 kilometer dan ketinggian maksimal 15 kilomter, dimana radar pemandu pada Pantsir-M bisa mengunci sasaran sampai empat buah sekaligus. Untuk menangkis rudal anti kapal yang menyasar Karakurt, tinggal kanon 30mm yang difungsikan. Sistem Pantsir-M sendiri dapat dilengkapi dengan sistem elektro optik yang dioperasikan manual sebagai cadangan apabila radar tidak berfungsi.
Sementara untuk senjata utama, Karakurt akan dilengkapi dengan meriam 76,2mm AK-176MA dalam kubah otomatis di haluan yang dapat digunakan untuk tembakan ke permukaan ataupun difungsikan sebagai senjata anti pesawat jarak dekat sekunder.
AL Rusia sendiri memproyeksikan Karakurt untuk dioperasikan sebagai korvet yang akan berpatroli di pesisir tetapi juga mampu berpatroli di laut lepas, selama 10 sampai 15 hari. Ditenagai dengan mesin diesel-elektrik sebanyak dua buah, Karakurt bisa mencapai endurance 15 hari bila kecepatan dipacu hanya di angka 12 knot. Kecepatan maksimalnya sendiri bisa mencapai 25 knot.
Kapal pertama dari kelas Karakurt yaitu Uragan sudah diluncurkan pada 29 Juli 2017 untuk Armada Laut Hitam dan saat ini sedang menjalani pengujian akhir dan penerimaan oleh AL Rusia. Kapal-kapal di kelas Karakurt dinamai berdasarkan nama angin ribut seperti Typhoon, Storm, Shkval, Burya, Okhotsk dan sebagainya.
Dengan harga dua miliar Rubel atau sekira 465 Milyar Rupiah, Karakurt jelas lebih murah dibandingkan fregat kelas Sigma yang harganya nyaris dua triliun Rupiah sebuahnya. Satu fregat Sigma bisa memperoleh empat unit Karakurt, plus persenjataannya. Walaupun kelas dan dimensi ada bawahnya, tetapi dari segi persenjataan antara dua kapal perang ini sebanding. (Aryo Nugroho)
No comments:
Post a Comment