Pemerintah Amerika Serikat akan menghabiskan dana sebesar USD 348 miliar (sekitar Rp 4.300 triliun) dalam sepuluh tahun ke depan untuk mempertahankan, mengupgrade, dan mengoperasikan senjata nuklirnya, menurut perkiraan baru Kantor Anggaran Kongres (CBO) Amerika Serikat.
Perkiraan angka itu sebenarnya telah turun dari perkiraan pada Desember 2013 yang sebesar USD 355 miliar, tetapi tetap memberikan gambaran rata-rata biaya pertahun yang sebesar USD 35 miliar, sebuah angka yang fantastis di saat Pentagon harus mengencangkan ikat pinggang karena pemotongan anggaran.
Penurunan angka perkiraan ini karena penundaan beberapa program terkait nuklir seperti penundaan pengembangan rudal jelajah baru dan hulu ledak nuklirnya selama tiga tahun dan penundaan di beberapa program untuk memperpanjang masa pakai dari hulu ledak nuklir, menurut CBO dalam laporannya yang dirilis Kamis lalu.
Total dana sebesar USD 348 miliar tersebut dalam sepuluh tahun ke depan akan digunakan AS untuk:
- USD 160 miliar untuk senjata dan sistem pengiriman nuklir strategis
- USD 80 miliar untuk senjata dan sistem pengiriman nuklir taktis
- USD 79 miliar untuk laboratorium senjata nuklir dan kegiatan pendukungnya
- USD 52 miliar untuk sistem peringatan dini, komunikasi, kontrol dan komando terkait senjata nuklir
- USD 49 miliar untuk biaya tambahan yang akan dikeluarkan selama dekade kedepan jika tingkat pertumbuhan biaya program nuklir stabil.
Menurut CBO, dalam dua dekade berikutnya Kongres harus membuat keputusan tentang sejauh mana senjata nuklir dan seluruh sistem pengirimannya perlu dimodernisasi atau diganti dengan sistem yang baru. Seperti yang diketahui, ada sejumlah program upgrade besar untuk armada pesawat pembom, kapal selam nuklir dan rudal balistik antar benua (ICBM), semua hal tersebut harus diperhitungkan CBO untuk proyeksi perkiraan biaya nuklir jangka panjang.
CBO memproyeksikan dana sebesar USD 40 miliar akan dibelanjakan untuk pesawat pembom selama periode ini, termasuk untuk pengembangan pesawat pembom masa depan Angkatan Udara AS yakni Long Range Strike-Bomber. Armada kapal selam nuklir sendiri akan memakan biaya sekitar USD 83 miliar dalam 10 tahun ke depan, sementara ICBM akan memakan biaya sekitar USD 26 miliar.
CBO memproyeksikan dana sebesar USD 40 miliar akan dibelanjakan untuk pesawat pembom selama periode ini, termasuk untuk pengembangan pesawat pembom masa depan Angkatan Udara AS yakni Long Range Strike-Bomber. Armada kapal selam nuklir sendiri akan memakan biaya sekitar USD 83 miliar dalam 10 tahun ke depan, sementara ICBM akan memakan biaya sekitar USD 26 miliar.
No comments:
Post a Comment